Sabtu, 06 Agustus 2016

8 NASEHAT AMIRUL MUKMININ UMAR BIN KHATTAB RA. :



1. Barangsiapa meninggalkan ucapan yang tidak perlu, maka dia akan diberi hikmah
2. Barangsiapa meninggalkan penglihatan yang tidak perlu, maka dia akan diberi kekhusyu’kan dalam hati
3. Barangsiapa meninggalkan makan yang berlebihan, maka dia diberi kenikmatan beribadah
4. Barangsiapa meninggalkan tertawa yang berlebihan, maka dia akan diberi kewibawaan
5. Barangsiapa meninggalkan humor, maka dia akan diberi kehormatan
6. Barangsiapa meninggalkan cinta duniawi, maka dia akan diberi kecintaan kepada akhirat
7. Barangsiapa meninggalkan perhatiannya kepada aib orang lain, maka dia akan diberi kemampuan untuk memperbaiki aibnya sendiri
8. Barangsiapa meninggalkan penelitian tentang bagaimana wujud Allah, maka dia akan terhindar dari nifaq”
Rasulullah SAW bersabda:
“Manisnya iman tidak akan merasuk ke dalam hati seseorang hingga dia mau meninggalkan sebahagian ucapan karena takut dusta, meskipun dia itu jujur; dan mau meninggalkan sebahagian sanggahan meskipun adia itu benar.” (HR Dailami)
“Barangsiapa benar-benar bersabar dalam menghadapi masalah yang amat sulit, niscaya Allah akan menempatkannya di syurga Firdaus dan di dalamnya dia boleh memilih tempat di mana saja yang disukainya” (HR Abu Syaikh)
“Siapa yang tergiur memenuhi syahwatnya (yang
haram) namun dia mampu untuk menolaknya dan lebih mengutamakan penolakannya daripada memenuhi keinginan dirinya, maka dosa-dosanya diampuni” (HR Daraquthni)
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan suatu ucapan yang maksudnya hanya untuk membuat orang lain tertawa, melainkan sungguh dia telah jatuh ke dalam jurang yang ukuran dalamnya lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi; dan sungguh dia tergelincir karena ulah lisannya yang kadarnya lebih parah daripada ketergelinciran kedua kakinya” (HR Khara’ithi)
“Diam adalah akhlaq yang terbaik, barangsiapa suka humor, tentu dia akan dihinakan” (HR Dailami)

Selasa, 02 Agustus 2016

Taubat




Memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Allah Subhanhu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar taubat. Bukan sekedar taubat sesaat yang diiringi niat hati untuk mengulang dosa kembali.

Taubat merupakan awal pertama bagi kita untuk menyucikan diri,  membersihkan jiwa, batin dan hati dari segala kerak noda dosa yang melekat ditubuh. Dalam tazkiyatun nufus, untuk pembersihan jiwa taubatlah jalan awal bagi mereka. Hati yang sudah berkerak dengan noda dosa sangat susah masuk sinar nur, hidayah, dan hikmat dalam hati jiwa sanubarinya. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ

يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ

Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan Kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya engkau maha kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahriim : 8).

Taubat yang bagus ialah taubat yang dilakukan setiap hari, sebab jika dosanya itu tergolong dosa kecil maka adalah dibawah kehendak Allah, kalau Allah ampuni maka diampuni kalau tidak, maka tidak diampuni dan akan mendapatkan siksa dari Allah Swt. Apalagi menyangkut dengan manusia, maka orang tersebut harus minta ridha terlebih dahulu kepada orang tersebut.

Taa'ibuunaa ilallah

www.facebook.com/maulabillah
www.facebook.com/tradezara

likeNshare

QANA'AH


"Wahai anak Adam! Jadilah orang yang qanaah, maka engkau akan merasa cukup. Tinggalkan rasa dengki, pasti engkau bahagia. Hindarilah hal-hal yang haram, pasti kamu ikhlas dalam beragama. Siapa yang tidak melakukan ghibah, Aku cinta padanya. Siapa yang meninggalkan manusia, ia akan selamat dari mereka. Siapa yang sedikit bicara, sempurnalah akalnya. Siapa yang ridha dengan yang sedikit, berarti ia telah yakin kepada Allah SWT.
Wahai Anak Adam! Engkau tidak mau mengamalkan apa yang engkau ketahui, lalu bagaimana engkau mencari pengetahuan yang tidak kamu ketahui?
Wahai Anak Adam! Engkau telah berbuat di dunia seolah-olah tidak akan mati esok, dan sibuk mengumpulkan harta seakan-akan hidup selamanya.
Wahai dunia! Jangan kau beri orang yang tamak padamu. Carilah orang yang zuhud terhadapmu. Menjadi manislah engkau dalam pandangan orang yang melihatmu."

(Hadis Qudsi, kitab Kimia As-Sa'adah)

Sabtu, 30 Juli 2016

ILMU YAKIN (TAUHID)


Sahabatku, Rosululloh Saw. adalah sosok yang selalu ingat kepada Alloh Swt. Beliau tidak pernah sedikitpun lupa kepada Alloh Swt. Beliau selalu ingat kepada Alloh baik ketika dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Sedang bangun maupun sedang tertidur. Beda dengan kita.
Rosululloh Saw. adalah seorang yang benar-benar sempurna tauhiidnya. Laa ilaaha illaalloh, tiada tuhan selalin Alloh Swt. Rosululloh Saw. tidak menuhankan apapun sehalus apapun, selain menuhankan Alloh.
Dunia ini tidak ada apa-apanya bagi Rosululloh Saw. Tidak pernah beliau merasa bangga dengan kekuasaan, kedudukan dan popularitasnya di antara para pemimpin peradaban dunia. Rosululloh Saw. tidak pernah merasa takut kehilangan dunia, tidak ada rasa kecintaan kepada dunia sedikitpun. Meski ditawari dunia sebanyak apapun, Rosululloh Saw. tidak pernah gentar untuk tetap menegakkan tauhiid.

Kaum kafir Quraisy pernah mengarahkan berbagai macam ancaman dan juga pernah menawarkan kepada Rosululloh Saw. harta kekayaan yang melimpah, kekuasaan yang besar dan perhiasan dunia lainnya dengan syarat beliau mau menghentikan dakwah tauhiid di tanah Mekkah. Namun apa jawaban Rosululloh Saw.?

Rosululloh Saw. menjawab, “Demi Allah, seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan dakwah ini, maka selamanya aku tidak akan meninggalkannya sampai Alloh sendiri yang akan memenangkan agama ini atau aku binasa karenanya.”
Tauhiid yang kuat akan membuat dunia dan seisinya lumpuh di dalam hati, tidak ada apa-apanya. Rosululloh Saw. sangat sempurna tauhiidnya. Sehingga beliau melakukan apapun dengan ikhlas lillaahi ta’ala. Tidak ada di dalam hatinya rasa ingin dipuji, ingin diakui, dihargai demi kepentingan pribadi. Tidak ada itu. Kalaupun dalam kalimat syahadat ada nama beliau bersanding dengan nama Alloh, itu karena kehendak Alloh Swt. Beliau hanya senang pada apa yang disenangi Alloh dan benci kepada apa yang dibenci oleh Alloh Swt. Tidak ada yang beliau lakukan kecuali hanya karena Alloh Swt.
Meski Rosululloh Saw. pernah disakiti, dimusuhi, diperangi, diboikot, dilempari kotoran unta, semua itu sama sekali tidak membuat beliau goyah. Karena beliau ikhlas menjalani perjuangan tauhiid. Tiga belas tahun lamanya beliau dakwah tauhiid di Mekkah, selama itu pula berbagai serangan dialamatkan kepada beliau. Namun, beliau tidak goyah.
Bukti bahwa tauhiid Rosululloh Saw. sempurna adalah beliau tahan menghadapi cobaan sedahsyat apapun. Rosululloh Saw. optimis dakwah akan berhasil karena yakin pada apa yang Alloh janjikan. Sedangkan Alloh berfirman, “Sesungguhnya Alloh tidak menyalahi janji-Nya.” (QS. Ar Ra’du [13] : 31).
Orang yang tauhiidnya sempurna, bersih, lurus, in syaa Alloh akan diberikan kemenangan oleh Alloh Swt. Semoga kita termasuk umat Rosululloh Saw. yang gemar dan giat mengikuti keteladanannya dalam menjaga keistiqomahan menjaga tauhiid yang sempurna di dalam hati. Wallohua’lam bishowab.

ILMU YAKIN (TAUHID)


Sahabatku, Rosululloh Saw. adalah sosok yang selalu ingat kepada Alloh Swt. Beliau tidak pernah sedikitpun lupa kepada Alloh Swt. Beliau selalu ingat kepada Alloh baik ketika dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Sedang bangun maupun sedang tertidur. Beda dengan kita.
Rosululloh Saw. adalah seorang yang benar-benar sempurna tauhiidnya. Laa ilaaha illaalloh, tiada tuhan selalin Alloh Swt. Rosululloh Saw. tidak menuhankan apapun sehalus apapun, selain menuhankan Alloh.
Dunia ini tidak ada apa-apanya bagi Rosululloh Saw. Tidak pernah beliau merasa bangga dengan kekuasaan, kedudukan dan popularitasnya di antara para pemimpin peradaban dunia. Rosululloh Saw. tidak pernah merasa takut kehilangan dunia, tidak ada rasa kecintaan kepada dunia sedikitpun. Meski ditawari dunia sebanyak apapun, Rosululloh Saw. tidak pernah gentar untuk tetap menegakkan tauhiid.

Kaum kafir Quraisy pernah mengarahkan berbagai macam ancaman dan juga pernah menawarkan kepada Rosululloh Saw. harta kekayaan yang melimpah, kekuasaan yang besar dan perhiasan dunia lainnya dengan syarat beliau mau menghentikan dakwah tauhiid di tanah Mekkah. Namun apa jawaban Rosululloh Saw.?
Rosululloh Saw. menjawab, “Demi Allah, seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan dakwah ini, maka selamanya aku tidak akan meninggalkannya sampai Alloh sendiri yang akan memenangkan agama ini atau aku binasa karenanya.”
Tauhiid yang kuat akan membuat dunia dan seisinya lumpuh di dalam hati, tidak ada apa-apanya. Rosululloh Saw. sangat sempurna tauhiidnya. Sehingga beliau melakukan apapun dengan ikhlas lillaahi ta’ala. Tidak ada di dalam hatinya rasa ingin dipuji, ingin diakui, dihargai demi kepentingan pribadi. Tidak ada itu. Kalaupun dalam kalimat syahadat ada nama beliau bersanding dengan nama Alloh, itu karena kehendak Alloh Swt. Beliau hanya senang pada apa yang disenangi Alloh dan benci kepada apa yang dibenci oleh Alloh Swt. Tidak ada yang beliau lakukan kecuali hanya karena Alloh Swt.
Meski Rosululloh Saw. pernah disakiti, dimusuhi, diperangi, diboikot, dilempari kotoran unta, semua itu sama sekali tidak membuat beliau goyah. Karena beliau ikhlas menjalani perjuangan tauhiid. Tiga belas tahun lamanya beliau dakwah tauhiid di Mekkah, selama itu pula berbagai serangan dialamatkan kepada beliau. Namun, beliau tidak goyah.
Bukti bahwa tauhiid Rosululloh Saw. sempurna adalah beliau tahan menghadapi cobaan sedahsyat apapun. Rosululloh Saw. optimis dakwah akan berhasil karena yakin pada apa yang Alloh janjikan. Sedangkan Alloh berfirman, “Sesungguhnya Alloh tidak menyalahi janji-Nya.” (QS. Ar Ra’du [13] : 31).
Orang yang tauhiidnya sempurna, bersih, lurus, in syaa Alloh akan diberikan kemenangan oleh Alloh Swt. Semoga kita termasuk umat Rosululloh Saw. yang gemar dan giat mengikuti keteladanannya dalam menjaga keistiqomahan menjaga tauhiid yang sempurna di dalam hati. Wallohua’lam bishowab.

SURGA DUNIA MAKRIFATULLAH

Di Dunia Ada Surga.., 
Metode penjabaran kalimah Tauhid LA ILLAHA ILALLAH selain menjabarkan tentang mengenal diri, adanya empat tingkat ilmu, juga menjabarkan tentang adanya empat tahap keyakinan.
1. Keyakinan dalam ilmu syari'at duduknya ditubuh, disebut ilmu yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Guru dan atau pada apa yang tertulis di kitab-kitab termasuk pada Al-Quran dan Hadits, Ijma dan Qiyas jumhur para 'Ulama.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut muslim karena hanya mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya saja dari apa yang tersurat atau tertulis baik yang ada dikitab termasuk Al-Qur'an dan As-Sunnah maupun dari apa yang disampaikan oleh Guru/Mursyid/Pembimbing.
2. Keyakinan dalam ilmu Tarekat/Thoriqoh duduknya dihati, disebut 'Ainul yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata hati/sanubari.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut Mu'min karena telah mampu berketetapan dengan membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan Hatinya jadi tidak tergantung dari apa yang di sampaikan oleh Guru ataupun dari apa yang tertulis di Kitab-kitab termasuk Al-Qur'an dan Hadits, Ijma dan Qiyas.
Jadilah Orang-orang MU’MIN karena akan banyak mendapat karunia dari Allah Subhanahu Wata'la sebagaimana firman-Nya.
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu’min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."
( Al-Ahzab 47 )
Hadist Qudsi, berkata Abu Hurairah ra. bahwa Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam bersabda : Allah berfirman :
"Hamba-Ku yang Mukmin adalah lebih Kucintai daripada setengah para Malaikat-Ku."
[HR. Thobaroni]
3. Keyakinan dalam Ilmu Hakekat/Hakiqot duduknya di Jiwa, disebut Hakkul YAKIN.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Jiwa.
Keyakinan pada Jiwa yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid MuRobbii adalah Nur Muhammad Rosulillah Sholallohu 'Alaihi Wasallam sebagai pemegang Kunci pintu surga/Miftahul Jannah dan keyakinan pada Nyawa ini berdasarkan Firman Allah Shubhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
"Allah mengilhamkan kepada Jiwa/Nyawa itu jalan Kefasikan dan KeTaqwaannya, sesu­ngguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Jiwa/Nyawa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
( SYAMS 8-10 )
4. Keyakinan dalam Ilmu Ma'rifattulloh duduknya di Rahasia, disebut Kamalul Yakin atau Yakin yang sempurna.
Yaitu : Yakin benar karena Allah semata ( Kontak Langsung )
Keyakinan pada tingkatan ini hanya dimiliki oleh orang yang bertaqwa dan telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wata'ala atau biasa disebut sebagai kekasih Allah subhanahu wata'ala atau Auliya. Keyakinannya berdasarkan atas penyaksian yang terjadi dalam perjalanan Spiritual yang di perjalankan oleh Allah Subhanahu wata'ala sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
"Aku tidak menghadirkan mereka ( Iblis dan anak cucunya ) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri, dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong..."
( Al-Kahfi 51 )
Penyaksian yang terjadi termasuk bertemu dengan Allah SWT sebagaimana yang di isyaratkan dalam Hadist, Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam berkata :
"Seseorang diantara kamu akan bercakap-cakap dengan Tuhannya tanpa ada penterjemah dan dinding yang mendindinginya."
( HR. Bukhori )
"Sesungguhnya ada sebagian ilmu yang diibaratkan permata yang terpendam, tidak dapat mengetahuinya kecuali Ulama Billah. Apabila mereka mengungkapkan ilmu tersebut maka tidak seorangpun yang membantahnya kecuali orang–orang yang tidak paham tentang Allah."
( Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi RA )
Pengajian Diri Dan Pengkajian Rasa.
Sepertinya bisa jadi kita baru BerSyariat walau sudah merasa pinter (ibarat itu baru menaiki kapal besar)
Namun belum berThoriqoht. (Ibarat belum menggerakan jalannya kapal diatas /tengah lautan sesuai haluan dgn methode perjalanannya)
Lalu bagaimana mungkin kita mencapai Hakikat/Haqikot. (ibarat mencapai dan tahu serta mengenal cahaya-Nya lu'lu uwal marjan didasar lautan, menggapai pulau cinta dengan sebutan tanam manisnya buah keimanan dalam didikan hati kebenaran sejati)
Sebait syair: "Hakikat/hakiqot adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, menyaksikan cahaya nan gemerlapan, dari ma’rifatullah yang penuh harapan."
Syari'at, thoriqoht dan hakikat tentu saling bertautan antara satu sama lain. Maka apabila syari’at merupakan peraturan, thoriqoht merupakan pelaksanaan, dan hakikat merupakan tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Itulah sejatinya kesempuranaan tujuan perjalanan.
Semisal tentang bersuci-thoharoh, menurut syari'atnya berbersih diri dengan air. Sedang thoriqohtnya bersih diri lahir dan bathin dari hawa nafsu. Kemudian Hakikatnya bersih hati dari selain Allah. Ya semuanya itu untuk mencapai Ma’rifat kepada Allah dengan sebenar-benarnya mengenal. Ingat slogan tak kenal maka tak sayang...
Contoh lagi menurut syari’at bila seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib mustaqbila qiblati, karena al-Qur’an menyebutkan : "Hadapkanlah mukamu ke Masjidil Haram ( Ka’bah) di Mekkah."
Menurut thoriqoht, hati wajib menghadap kepada Allah berdasarkan ayat al-Qur’an yang menyebutkan : "Fa’budunii ( sembahlah Aku )."
Menurut hakikat, bahwa kita menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. Sebagaimana sebuah hadits yang berbunyi : "Sembahlah Tuhanmu seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Tuhan pasti melihat kamu."
Selanjutnya menurut Ma’rifat ialah mengenal Allah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadah itu yang dengan khusyu’ seorang hamba dalam sholat merasa berhadapan dengan Allah, ketika itu perasaan bermusyahadah berintai-intaian dan bercakap-cakap (komunikatif) dengan Allah seolah-olah Allah berkata : "Innanii Ana Allah Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, maka kehadiran hati berkata : Anta Allah ( Engkaulah Allah). Lalu Allah berkata lagi : Aqimish-sholata lizikrii“
(Bersholatlah untuk mengingat-Ku).
Jadi kalau kita ibadah bukan hanya memotori dan menggemakan diri dengan kata-kata mesti ikhlas-ihklas-ihklas dan benar sesuai tuntunan saja namun belum sejatinya bila masih terlintas atas beban keta'atan itu sendiri.
Ihklas itu sebuah cerminan dari kecintaan sehingga melaksanakan perintah bukan karena titah aturan semata tapi keridhoan kasih yang nyata yang hanya didapat dari proses mengenal... Kenali dirimu bila engkau ingin mengenal Tuhanmu, kenali diri itu makna bimbingan atas jiwa dan hati....
Contoh paling mudah yaitu apabila kita mencintai kekasih kita tentu kita dengan ikhlas dan rela melakukan apapun tanpa dipinta apalagi diminta...
Semoga catatan singkat ini dapat difahami dan diresapi serta bermanfaat adanya...

KEUTAMAAN ILMU


قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ ۙ اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ
(Iblis) menjawab, "Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (QS. Shad: Ayat 82-83)
هَلَكَ النَّاسُ كُلُّهُمْ إِلاَّ الْعُلَمَاءْ , وَهَلَكَ الْعُلَمَاء كُلُّهُمْ إِلاَّ الْعَامِلِيْنَ , وَهَلَكَ الْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ إِلاَّ الْمُخْلِصِيْنَ , وَالْمُخْلِصُوْنَ عَلىَ خَطْرٍ عَظِيْمٍ
”Setiap manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal (dengan ilmunya), dan orang yang beramal juga binasa kecuali yang ikhlas (dalam amalnya), dan orang ikhlaspun masih dalam kekhawatiran yg besar." (Al-Ghozali)