Sabtu, 06 Agustus 2016

8 NASEHAT AMIRUL MUKMININ UMAR BIN KHATTAB RA. :



1. Barangsiapa meninggalkan ucapan yang tidak perlu, maka dia akan diberi hikmah
2. Barangsiapa meninggalkan penglihatan yang tidak perlu, maka dia akan diberi kekhusyu’kan dalam hati
3. Barangsiapa meninggalkan makan yang berlebihan, maka dia diberi kenikmatan beribadah
4. Barangsiapa meninggalkan tertawa yang berlebihan, maka dia akan diberi kewibawaan
5. Barangsiapa meninggalkan humor, maka dia akan diberi kehormatan
6. Barangsiapa meninggalkan cinta duniawi, maka dia akan diberi kecintaan kepada akhirat
7. Barangsiapa meninggalkan perhatiannya kepada aib orang lain, maka dia akan diberi kemampuan untuk memperbaiki aibnya sendiri
8. Barangsiapa meninggalkan penelitian tentang bagaimana wujud Allah, maka dia akan terhindar dari nifaq”
Rasulullah SAW bersabda:
“Manisnya iman tidak akan merasuk ke dalam hati seseorang hingga dia mau meninggalkan sebahagian ucapan karena takut dusta, meskipun dia itu jujur; dan mau meninggalkan sebahagian sanggahan meskipun adia itu benar.” (HR Dailami)
“Barangsiapa benar-benar bersabar dalam menghadapi masalah yang amat sulit, niscaya Allah akan menempatkannya di syurga Firdaus dan di dalamnya dia boleh memilih tempat di mana saja yang disukainya” (HR Abu Syaikh)
“Siapa yang tergiur memenuhi syahwatnya (yang
haram) namun dia mampu untuk menolaknya dan lebih mengutamakan penolakannya daripada memenuhi keinginan dirinya, maka dosa-dosanya diampuni” (HR Daraquthni)
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan suatu ucapan yang maksudnya hanya untuk membuat orang lain tertawa, melainkan sungguh dia telah jatuh ke dalam jurang yang ukuran dalamnya lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi; dan sungguh dia tergelincir karena ulah lisannya yang kadarnya lebih parah daripada ketergelinciran kedua kakinya” (HR Khara’ithi)
“Diam adalah akhlaq yang terbaik, barangsiapa suka humor, tentu dia akan dihinakan” (HR Dailami)

Selasa, 02 Agustus 2016

Taubat




Memang manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Namun manusia yang terbaik bukanlah manusia yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali, akan tetapi manusia yang terbaik adalah manusia yang ketika dia berbuat kesalahan dia langsung bertaubat kepada Allah Subhanhu Wa Ta’ala dengan sebenar-benar taubat. Bukan sekedar taubat sesaat yang diiringi niat hati untuk mengulang dosa kembali.

Taubat merupakan awal pertama bagi kita untuk menyucikan diri,  membersihkan jiwa, batin dan hati dari segala kerak noda dosa yang melekat ditubuh. Dalam tazkiyatun nufus, untuk pembersihan jiwa taubatlah jalan awal bagi mereka. Hati yang sudah berkerak dengan noda dosa sangat susah masuk sinar nur, hidayah, dan hikmat dalam hati jiwa sanubarinya. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ

يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ

Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan Kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya engkau maha kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahriim : 8).

Taubat yang bagus ialah taubat yang dilakukan setiap hari, sebab jika dosanya itu tergolong dosa kecil maka adalah dibawah kehendak Allah, kalau Allah ampuni maka diampuni kalau tidak, maka tidak diampuni dan akan mendapatkan siksa dari Allah Swt. Apalagi menyangkut dengan manusia, maka orang tersebut harus minta ridha terlebih dahulu kepada orang tersebut.

Taa'ibuunaa ilallah

www.facebook.com/maulabillah
www.facebook.com/tradezara

likeNshare

QANA'AH


"Wahai anak Adam! Jadilah orang yang qanaah, maka engkau akan merasa cukup. Tinggalkan rasa dengki, pasti engkau bahagia. Hindarilah hal-hal yang haram, pasti kamu ikhlas dalam beragama. Siapa yang tidak melakukan ghibah, Aku cinta padanya. Siapa yang meninggalkan manusia, ia akan selamat dari mereka. Siapa yang sedikit bicara, sempurnalah akalnya. Siapa yang ridha dengan yang sedikit, berarti ia telah yakin kepada Allah SWT.
Wahai Anak Adam! Engkau tidak mau mengamalkan apa yang engkau ketahui, lalu bagaimana engkau mencari pengetahuan yang tidak kamu ketahui?
Wahai Anak Adam! Engkau telah berbuat di dunia seolah-olah tidak akan mati esok, dan sibuk mengumpulkan harta seakan-akan hidup selamanya.
Wahai dunia! Jangan kau beri orang yang tamak padamu. Carilah orang yang zuhud terhadapmu. Menjadi manislah engkau dalam pandangan orang yang melihatmu."

(Hadis Qudsi, kitab Kimia As-Sa'adah)

Sabtu, 30 Juli 2016

ILMU YAKIN (TAUHID)


Sahabatku, Rosululloh Saw. adalah sosok yang selalu ingat kepada Alloh Swt. Beliau tidak pernah sedikitpun lupa kepada Alloh Swt. Beliau selalu ingat kepada Alloh baik ketika dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Sedang bangun maupun sedang tertidur. Beda dengan kita.
Rosululloh Saw. adalah seorang yang benar-benar sempurna tauhiidnya. Laa ilaaha illaalloh, tiada tuhan selalin Alloh Swt. Rosululloh Saw. tidak menuhankan apapun sehalus apapun, selain menuhankan Alloh.
Dunia ini tidak ada apa-apanya bagi Rosululloh Saw. Tidak pernah beliau merasa bangga dengan kekuasaan, kedudukan dan popularitasnya di antara para pemimpin peradaban dunia. Rosululloh Saw. tidak pernah merasa takut kehilangan dunia, tidak ada rasa kecintaan kepada dunia sedikitpun. Meski ditawari dunia sebanyak apapun, Rosululloh Saw. tidak pernah gentar untuk tetap menegakkan tauhiid.

Kaum kafir Quraisy pernah mengarahkan berbagai macam ancaman dan juga pernah menawarkan kepada Rosululloh Saw. harta kekayaan yang melimpah, kekuasaan yang besar dan perhiasan dunia lainnya dengan syarat beliau mau menghentikan dakwah tauhiid di tanah Mekkah. Namun apa jawaban Rosululloh Saw.?

Rosululloh Saw. menjawab, “Demi Allah, seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan dakwah ini, maka selamanya aku tidak akan meninggalkannya sampai Alloh sendiri yang akan memenangkan agama ini atau aku binasa karenanya.”
Tauhiid yang kuat akan membuat dunia dan seisinya lumpuh di dalam hati, tidak ada apa-apanya. Rosululloh Saw. sangat sempurna tauhiidnya. Sehingga beliau melakukan apapun dengan ikhlas lillaahi ta’ala. Tidak ada di dalam hatinya rasa ingin dipuji, ingin diakui, dihargai demi kepentingan pribadi. Tidak ada itu. Kalaupun dalam kalimat syahadat ada nama beliau bersanding dengan nama Alloh, itu karena kehendak Alloh Swt. Beliau hanya senang pada apa yang disenangi Alloh dan benci kepada apa yang dibenci oleh Alloh Swt. Tidak ada yang beliau lakukan kecuali hanya karena Alloh Swt.
Meski Rosululloh Saw. pernah disakiti, dimusuhi, diperangi, diboikot, dilempari kotoran unta, semua itu sama sekali tidak membuat beliau goyah. Karena beliau ikhlas menjalani perjuangan tauhiid. Tiga belas tahun lamanya beliau dakwah tauhiid di Mekkah, selama itu pula berbagai serangan dialamatkan kepada beliau. Namun, beliau tidak goyah.
Bukti bahwa tauhiid Rosululloh Saw. sempurna adalah beliau tahan menghadapi cobaan sedahsyat apapun. Rosululloh Saw. optimis dakwah akan berhasil karena yakin pada apa yang Alloh janjikan. Sedangkan Alloh berfirman, “Sesungguhnya Alloh tidak menyalahi janji-Nya.” (QS. Ar Ra’du [13] : 31).
Orang yang tauhiidnya sempurna, bersih, lurus, in syaa Alloh akan diberikan kemenangan oleh Alloh Swt. Semoga kita termasuk umat Rosululloh Saw. yang gemar dan giat mengikuti keteladanannya dalam menjaga keistiqomahan menjaga tauhiid yang sempurna di dalam hati. Wallohua’lam bishowab.

ILMU YAKIN (TAUHID)


Sahabatku, Rosululloh Saw. adalah sosok yang selalu ingat kepada Alloh Swt. Beliau tidak pernah sedikitpun lupa kepada Alloh Swt. Beliau selalu ingat kepada Alloh baik ketika dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Sedang bangun maupun sedang tertidur. Beda dengan kita.
Rosululloh Saw. adalah seorang yang benar-benar sempurna tauhiidnya. Laa ilaaha illaalloh, tiada tuhan selalin Alloh Swt. Rosululloh Saw. tidak menuhankan apapun sehalus apapun, selain menuhankan Alloh.
Dunia ini tidak ada apa-apanya bagi Rosululloh Saw. Tidak pernah beliau merasa bangga dengan kekuasaan, kedudukan dan popularitasnya di antara para pemimpin peradaban dunia. Rosululloh Saw. tidak pernah merasa takut kehilangan dunia, tidak ada rasa kecintaan kepada dunia sedikitpun. Meski ditawari dunia sebanyak apapun, Rosululloh Saw. tidak pernah gentar untuk tetap menegakkan tauhiid.

Kaum kafir Quraisy pernah mengarahkan berbagai macam ancaman dan juga pernah menawarkan kepada Rosululloh Saw. harta kekayaan yang melimpah, kekuasaan yang besar dan perhiasan dunia lainnya dengan syarat beliau mau menghentikan dakwah tauhiid di tanah Mekkah. Namun apa jawaban Rosululloh Saw.?
Rosululloh Saw. menjawab, “Demi Allah, seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan dakwah ini, maka selamanya aku tidak akan meninggalkannya sampai Alloh sendiri yang akan memenangkan agama ini atau aku binasa karenanya.”
Tauhiid yang kuat akan membuat dunia dan seisinya lumpuh di dalam hati, tidak ada apa-apanya. Rosululloh Saw. sangat sempurna tauhiidnya. Sehingga beliau melakukan apapun dengan ikhlas lillaahi ta’ala. Tidak ada di dalam hatinya rasa ingin dipuji, ingin diakui, dihargai demi kepentingan pribadi. Tidak ada itu. Kalaupun dalam kalimat syahadat ada nama beliau bersanding dengan nama Alloh, itu karena kehendak Alloh Swt. Beliau hanya senang pada apa yang disenangi Alloh dan benci kepada apa yang dibenci oleh Alloh Swt. Tidak ada yang beliau lakukan kecuali hanya karena Alloh Swt.
Meski Rosululloh Saw. pernah disakiti, dimusuhi, diperangi, diboikot, dilempari kotoran unta, semua itu sama sekali tidak membuat beliau goyah. Karena beliau ikhlas menjalani perjuangan tauhiid. Tiga belas tahun lamanya beliau dakwah tauhiid di Mekkah, selama itu pula berbagai serangan dialamatkan kepada beliau. Namun, beliau tidak goyah.
Bukti bahwa tauhiid Rosululloh Saw. sempurna adalah beliau tahan menghadapi cobaan sedahsyat apapun. Rosululloh Saw. optimis dakwah akan berhasil karena yakin pada apa yang Alloh janjikan. Sedangkan Alloh berfirman, “Sesungguhnya Alloh tidak menyalahi janji-Nya.” (QS. Ar Ra’du [13] : 31).
Orang yang tauhiidnya sempurna, bersih, lurus, in syaa Alloh akan diberikan kemenangan oleh Alloh Swt. Semoga kita termasuk umat Rosululloh Saw. yang gemar dan giat mengikuti keteladanannya dalam menjaga keistiqomahan menjaga tauhiid yang sempurna di dalam hati. Wallohua’lam bishowab.

SURGA DUNIA MAKRIFATULLAH

Di Dunia Ada Surga.., 
Metode penjabaran kalimah Tauhid LA ILLAHA ILALLAH selain menjabarkan tentang mengenal diri, adanya empat tingkat ilmu, juga menjabarkan tentang adanya empat tahap keyakinan.
1. Keyakinan dalam ilmu syari'at duduknya ditubuh, disebut ilmu yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Guru dan atau pada apa yang tertulis di kitab-kitab termasuk pada Al-Quran dan Hadits, Ijma dan Qiyas jumhur para 'Ulama.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut muslim karena hanya mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya saja dari apa yang tersurat atau tertulis baik yang ada dikitab termasuk Al-Qur'an dan As-Sunnah maupun dari apa yang disampaikan oleh Guru/Mursyid/Pembimbing.
2. Keyakinan dalam ilmu Tarekat/Thoriqoh duduknya dihati, disebut 'Ainul yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata hati/sanubari.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut Mu'min karena telah mampu berketetapan dengan membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan Hatinya jadi tidak tergantung dari apa yang di sampaikan oleh Guru ataupun dari apa yang tertulis di Kitab-kitab termasuk Al-Qur'an dan Hadits, Ijma dan Qiyas.
Jadilah Orang-orang MU’MIN karena akan banyak mendapat karunia dari Allah Subhanahu Wata'la sebagaimana firman-Nya.
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu’min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."
( Al-Ahzab 47 )
Hadist Qudsi, berkata Abu Hurairah ra. bahwa Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam bersabda : Allah berfirman :
"Hamba-Ku yang Mukmin adalah lebih Kucintai daripada setengah para Malaikat-Ku."
[HR. Thobaroni]
3. Keyakinan dalam Ilmu Hakekat/Hakiqot duduknya di Jiwa, disebut Hakkul YAKIN.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Jiwa.
Keyakinan pada Jiwa yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid MuRobbii adalah Nur Muhammad Rosulillah Sholallohu 'Alaihi Wasallam sebagai pemegang Kunci pintu surga/Miftahul Jannah dan keyakinan pada Nyawa ini berdasarkan Firman Allah Shubhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
"Allah mengilhamkan kepada Jiwa/Nyawa itu jalan Kefasikan dan KeTaqwaannya, sesu­ngguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Jiwa/Nyawa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
( SYAMS 8-10 )
4. Keyakinan dalam Ilmu Ma'rifattulloh duduknya di Rahasia, disebut Kamalul Yakin atau Yakin yang sempurna.
Yaitu : Yakin benar karena Allah semata ( Kontak Langsung )
Keyakinan pada tingkatan ini hanya dimiliki oleh orang yang bertaqwa dan telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wata'ala atau biasa disebut sebagai kekasih Allah subhanahu wata'ala atau Auliya. Keyakinannya berdasarkan atas penyaksian yang terjadi dalam perjalanan Spiritual yang di perjalankan oleh Allah Subhanahu wata'ala sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
"Aku tidak menghadirkan mereka ( Iblis dan anak cucunya ) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri, dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong..."
( Al-Kahfi 51 )
Penyaksian yang terjadi termasuk bertemu dengan Allah SWT sebagaimana yang di isyaratkan dalam Hadist, Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam berkata :
"Seseorang diantara kamu akan bercakap-cakap dengan Tuhannya tanpa ada penterjemah dan dinding yang mendindinginya."
( HR. Bukhori )
"Sesungguhnya ada sebagian ilmu yang diibaratkan permata yang terpendam, tidak dapat mengetahuinya kecuali Ulama Billah. Apabila mereka mengungkapkan ilmu tersebut maka tidak seorangpun yang membantahnya kecuali orang–orang yang tidak paham tentang Allah."
( Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi RA )
Pengajian Diri Dan Pengkajian Rasa.
Sepertinya bisa jadi kita baru BerSyariat walau sudah merasa pinter (ibarat itu baru menaiki kapal besar)
Namun belum berThoriqoht. (Ibarat belum menggerakan jalannya kapal diatas /tengah lautan sesuai haluan dgn methode perjalanannya)
Lalu bagaimana mungkin kita mencapai Hakikat/Haqikot. (ibarat mencapai dan tahu serta mengenal cahaya-Nya lu'lu uwal marjan didasar lautan, menggapai pulau cinta dengan sebutan tanam manisnya buah keimanan dalam didikan hati kebenaran sejati)
Sebait syair: "Hakikat/hakiqot adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, menyaksikan cahaya nan gemerlapan, dari ma’rifatullah yang penuh harapan."
Syari'at, thoriqoht dan hakikat tentu saling bertautan antara satu sama lain. Maka apabila syari’at merupakan peraturan, thoriqoht merupakan pelaksanaan, dan hakikat merupakan tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Itulah sejatinya kesempuranaan tujuan perjalanan.
Semisal tentang bersuci-thoharoh, menurut syari'atnya berbersih diri dengan air. Sedang thoriqohtnya bersih diri lahir dan bathin dari hawa nafsu. Kemudian Hakikatnya bersih hati dari selain Allah. Ya semuanya itu untuk mencapai Ma’rifat kepada Allah dengan sebenar-benarnya mengenal. Ingat slogan tak kenal maka tak sayang...
Contoh lagi menurut syari’at bila seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib mustaqbila qiblati, karena al-Qur’an menyebutkan : "Hadapkanlah mukamu ke Masjidil Haram ( Ka’bah) di Mekkah."
Menurut thoriqoht, hati wajib menghadap kepada Allah berdasarkan ayat al-Qur’an yang menyebutkan : "Fa’budunii ( sembahlah Aku )."
Menurut hakikat, bahwa kita menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. Sebagaimana sebuah hadits yang berbunyi : "Sembahlah Tuhanmu seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Tuhan pasti melihat kamu."
Selanjutnya menurut Ma’rifat ialah mengenal Allah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadah itu yang dengan khusyu’ seorang hamba dalam sholat merasa berhadapan dengan Allah, ketika itu perasaan bermusyahadah berintai-intaian dan bercakap-cakap (komunikatif) dengan Allah seolah-olah Allah berkata : "Innanii Ana Allah Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, maka kehadiran hati berkata : Anta Allah ( Engkaulah Allah). Lalu Allah berkata lagi : Aqimish-sholata lizikrii“
(Bersholatlah untuk mengingat-Ku).
Jadi kalau kita ibadah bukan hanya memotori dan menggemakan diri dengan kata-kata mesti ikhlas-ihklas-ihklas dan benar sesuai tuntunan saja namun belum sejatinya bila masih terlintas atas beban keta'atan itu sendiri.
Ihklas itu sebuah cerminan dari kecintaan sehingga melaksanakan perintah bukan karena titah aturan semata tapi keridhoan kasih yang nyata yang hanya didapat dari proses mengenal... Kenali dirimu bila engkau ingin mengenal Tuhanmu, kenali diri itu makna bimbingan atas jiwa dan hati....
Contoh paling mudah yaitu apabila kita mencintai kekasih kita tentu kita dengan ikhlas dan rela melakukan apapun tanpa dipinta apalagi diminta...
Semoga catatan singkat ini dapat difahami dan diresapi serta bermanfaat adanya...

KEUTAMAAN ILMU


قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ ۙ اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ
(Iblis) menjawab, "Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (QS. Shad: Ayat 82-83)
هَلَكَ النَّاسُ كُلُّهُمْ إِلاَّ الْعُلَمَاءْ , وَهَلَكَ الْعُلَمَاء كُلُّهُمْ إِلاَّ الْعَامِلِيْنَ , وَهَلَكَ الْعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ إِلاَّ الْمُخْلِصِيْنَ , وَالْمُخْلِصُوْنَ عَلىَ خَطْرٍ عَظِيْمٍ
”Setiap manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal (dengan ilmunya), dan orang yang beramal juga binasa kecuali yang ikhlas (dalam amalnya), dan orang ikhlaspun masih dalam kekhawatiran yg besar." (Al-Ghozali)

JASA SEORANG GURU

Suatu hari aku berziarah kepada Guruku. Saat itu Beliau sedang terbaring di opname dirumah sakit. Bersyukur sekali dalam kedaan darurat aku di izinkan untuk langsung bertemu Beliau. Aku masih ingat saat itu aku menangis lama melihat Guruku yang selama ini gagah dan sehat terbaring lemah di kamar rumah sakit. Aku masuk kekamar dengan pelan agar tidak mengganggu istrahat Beliau. Beliau melirik ke ar...ahku dan berkata:
“Kapan kau datang?”
“Baru 1 jam yang lalu Guru”
Kemudian Beliau menatap langit-langit kamar seakan ingin mengatakan sesuatu tapi tidak sempat keluar dari mulut Beliau. Dalam hatiku berkata, bagaimana mungkin seorang wali Allah bisa sakit, padahal segala jenis penyakit sembuh berkat doa dan syafaat Beliau. Saat aku sedang mengucapkan itu dalam hati, kemudia Beliau menoleh kepadaku dan berkata:
“Indra,, rohani Gurumu itu tidak pernah sakit karena dia berasal dari Yang Maha Sehat dan akan terus mengalirkan syafaat serta terus menerus menyalurkan rahmat dan karunia Allah lewat dadanya, akan tetapi fisik Gurumu akan tunduk kepada Firman Afaqi sesuai dengan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Tuhan. Salah satu sifat dari Nabi adalah HARUS dia seperti manusia biasa. Kalau Nabi terkena api harus dirasakan panas seperti layaknya manusia begitu juga kalau nabi berjalan di tengah malam akan merasakan dingin. Begitu juga berlaku kepada wali-Nya, akan tunduk kepada hukum alam ini. Sifat HARUS seperti manusia itu juga salah satu cara Tuhan menyembunyikan Kekasih-Nya dari pandangan dunia ini. Junjungan kita Nabi Muhammad SAW berani dilempari kotoran unta dikarenakan orang kafir terhijab oleh hijab Insani”.
Aku hanya diam di sudut ranjang, menatap mata Guru yang amat aku sayangi dan setiap pertemuan aku dengan Guruku selalu aku rasakan hal baru yang sangat sulit diungkapkan dengan kata-kata. Benar sekali apa yang dikemukan oleh para sufi bahwa bertemu dengan Guru Mursyid itu adalah satu karunia Allah yang sangat besar. Saat menatap mata Beliau seakan-akan ruhani ini terbawa melayang langsung ke Alam Rabbani. Salah satu hadab bertemu dengan Guru adalah tidak diperkenankan kita banyak berbicara dan baiknya hanya mendengar dan ketika ditanya oleh Guru haruslah menjawabnya dengan bahasa yang sopan dan dalam hati terlebih dahulu harus memperbanyak Istikhfar, memohon ampun kepada-Nya agar dalam mengucapkan kata-kata kepada Guru nanti tidak disusupi oleh nafsu dan setan.
Dalam hatiku kembali timbul pertanyaan, bukankah Guru bisa berdoa kepada Allah agar disembuhkan dari penyakit ini? Sebagai Wali Allah tentu saja Beliau bisa mendengar suara hatiku, tiba-tiba guruku berkata, “Tidak seperti itu Indra….”
“Pernahkah kau mendengar kisah tentang Nabi Ayyub?”
“Pernah Guru”
“Apa yang kau ketahui tentang Nabi Ayyub?”
“Nabi Ayyub adalah nabi yang paling banyak mengalami sakit, Guru” jawabku.
Kemudian Beliau dengan senyum berkata, “Nabi Ayyub, sakit-sakitan dia, kemudian dia berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah sembuhkanlah penyakitku ini’, kemudian Allah berfirman, ‘Apa kau ucapkan Ayyub?’ nabi Ayyyub kembali mengulang do’anya: ‘tolong sembuhkanlah penyakitku ini’ dengan marah Tuhan berkata kepada Nabi Ayyub: ‘Hai Ayyub, sekali lagi kau berdo’a seperti itu aku tampar engkau nanti’ Kemudian dengan polosnya nabi Ayyub bertanya kepada Allah: ‘Ya Allah, berarti engkau senang kalau aku sakit?’ dengan tegas Allah menjawab: ‘Ya, Aku senang kau sakit’. Setelah Nabi Ayyub tahu Tuhan senang kalau dia sakit maka diapun dengan senang menjalani sakitnya itu. Setiap dia mau ambil wudhuk dia pindahkan ulat yang ada di badannya dan setelah selesai beribadah kembali diambil ulat tadi diletakkan di badannya sambil berkata kepadda ulat, ‘hai ulat, kembali kau kesini, Tuhan senang aku sakit’. Begitulah yang dialami nabi Ayyub, maka Gurumu ada persamaan seperti itu”.
Sambil minum segelas air putih kembali Beliau berkata kepadaku, “Aku sudah berjanji kepada Tuhan agar terus memuja-Nya dan berdakwah, makanya setiap aku cerita tentang Tuhan maka badanku terasa enak”.
“Indra….”
“Saya Guru…”
“Suatu saat nanti kau pasti tahu kenapa aku sakit, silahkan baca dan renungi 2 ayat terakhir dari surat at-Taubah, disana kau menemukan jawabannya. Bacalah Laqadjaakum dengan pelan dan mesra jangan seperti burung beo yang tidak pernah tahu makna dari ucapannya”.
Kemudian Beliau membacakan surat at-Taubah sambil menangis, “Laqadjaakum Rasulun min anfusikum, azizun alaihi ma anittum, harisun alaikum bil mukminina raufur rahim….”
Aku merasakan dadaku bergemuruh dan berguncang hebat mendengar ayat yang Beliau bacakan. Serasa rontok dada ini, dan seluruh tubuh berguncang hebat, aku menangis dengan sejadi-jadinya. Apalagi Beliau membacakan arti ayat tersebut, “…. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin….”
Sungguh lama aku tenggelam dalam tangisan sambil menatap wajah Guruku yang mulia. Firman Allah yang dibacakan oleh kekasih Allah sangat berbeda dengan ayat Allah yang dibacakan oleh pada umumnya orang. Benar seperti yang dikemukan oleh Para Syekh Besar bahwa apabila Wali-Nya membacakan ayat-Nya pastilah Dia hadir menyertai bacaan Kekasih-Nya.
Aku memangis menyesali diri yang selama ini hanya menjadi beban Guru, hanya bisa meminta tapi belum bisa memberi, hanya bisa membebani belum bisa berbhakti, hanya mementingkan diri sendiri tanpa mau peduli, hanya mengharapkan kasih sayang tanpa mau menyayangi.
“Indra….”
“Saya Guru…”
“Jangan pernah engkau patah semangat kalau melihat Gurumu seperti ini, seluruh dokter di dunia ini tidak akan bisa menyembuhkan sakitku ini. Tuhan ingin menunjukkan kebesaran-Nya. Dan Tuhan sekarang sedang bekerja ke arah sana. Yang kau lihat keramat dan gagah dalam nyata dan mimpimu itu bukanlah aku, tapi itu adalah pancarahan dari Nur Ilahi. Aku hanyalah seorang hamba yang tiada berdaya. Muridku….yang Hebat itu Tuhan saja”
Kemudian Beliau membacakan surat Al-Mujaadilah ayat 21: “Kataballahu La Aghlibanna anaa wa rusulii, innallahaa qawiyum ‘azii zun (Allah telah menetapkan, bahwa tiada kamus kalah bagi Ku dan rasul-rasul-Ku. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Gagah”.
Ketika aku berpamitan sambil mencium tangannya
Barulah aku tahu bahwa sakit seorang Wali itu bukan sakit biasa akan tetapi sakit karunia. Sakit menanggung beban dari orang-orang yang selalu bersamanya bahkan beban dunia ini. Seminggu kemudian Beliau sembuh, sehat wal afiat bahkan lebih sehat seperti sebelumnya. Terimakasih Tuhan atas berkenannya Engkau mengabulkan do’aku sehingga Guruku sehat kembali.
Ya Tuhan,
Berilah panjang umur dan kesehatan kepada Guruku agar beliau lebih lama lagi membimbing dan menuntun aku yang bodoh dan dungu ini ke jalan-Mu yang Maha lurus.
Ya Tuhan,
Andai masih ada karunia berupa kesenangan dunia yang kelak akan Engkau berikan sepanjang hidupku, berikanlah kesenangan itu kepada Guruku agar Beliau selalu bahagia dan sejahtera.
Ya Tuhan,
Jadikanlah aku orang yang selalu bisa merasakan apa yang dirasakan Guruku, senyumnya menjadi senyumku, deritanya menjadi deritaku, kepedihannya menjadi kepedihanku agar aku bisa mengerti makna dan tujuan hidup di dunia ini.
Ya Tuhan,
Jangan engkau memasukkan aku kedalam orang-orang yang merasa dekat kepada kekasih-Mu yang tanpa sadar justru lebih banyak menyakiti hatinya. Janganlah aku menyayangi kekasih-Mu seperti sayangnya anak kecil kepada seekor kuncing yang terus menerus didekap dalam pelukannya sehingga kucing itu sulit bernafas dan akhirnya mati. Jadikanlah rasa sayangku kepada Guruku sebagaimana Ia ingin disayang.
Ya Tuhan,
Ajari aku yang bodoh, lemah dan tiada berdaya ini untuk bisa mencintai kekasih-Mu sebagaimana ia ingin dicintai.
Ya Tuhan,
Izinkanlah aku bisa terus bersama kekasih-Mu dan bisa melayaninya dengan baik.
Ya Tuhan
Perkenankanlah doaku ini….

ADAB MENCARI ILMU MENURUT IMAM SYAFII


Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia, meskipun ia dilahirkan dari orangtua yang terhina. Dia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia. Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan, seperti pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan ternaknya. Tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak akan mengenal halal dan haram.
***

Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya. Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya. Siapa yang mengemban ilmu kemudian dia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya, maka dia akan mendzoliminya.
***
Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini: Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa. Setiap ilmu selain Al-Qur’an melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama. Ilmu adalah yang berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.
***
Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru. Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya. Siapa yang belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, Dia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya, Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah hakikat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa. Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.
***
Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu. Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian. Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.
--Diwan Imam Syafii

MA’RIFATUL HIKMAH WAL ILMI


Qs Al baqarah ayat 269

يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٦٩
269. Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)

Qs An Nahl ayat 125

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

Qs Shaad ayat 27

وَمَا خَلَقۡنَا ٱلسَّمَآءَ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا بَٰطِلٗاۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْۚ فَوَيۡلٞ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنَ ٱلنَّارِ ٢٧
27. Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka

  

Ad Darimi 289 kitab Almukadimah

أَخْبَرَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا أَبُو عَامِرٍ حَدَّثَنَا قُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ نِعْمَ الْمَجْلِسُ مَجْلِسٌ يُنْشَرُ فِيهِ الْحِكْمَةُ وَتُرْجَى فِيهِ الرَّحْمَةُ
Telah mengabarkan kepada kami Yusuf bin Musa telah mengabarkan kepada kami Abu 'Amir telah mengabarkan kepada kami Qurrah bin Khalid dari 'Aun bin Abdullah ia berkata: " Abdullah telah berkata: 'Sebaik-baik suatu majlis adalah majlis yang dipenuhi hikmah serta diharapkan rahmat Allah turun' ".

Qs Al Imran ayat 79

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤۡتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَادٗا لِّي مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُواْ رَبَّٰنِيِّ‍ۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ ٧٩
79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya

Qs Al Imran ayat 81
وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ لَمَآ ءَاتَيۡتُكُم مِّن كِتَٰبٖ وَحِكۡمَةٖ ثُمَّ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مُّصَدِّقٞ لِّمَا مَعَكُمۡ لَتُؤۡمِنُنَّ بِهِۦ وَلَتَنصُرُنَّهُۥۚ قَالَ ءَأَقۡرَرۡتُمۡ وَأَخَذۡتُمۡ عَلَىٰ ذَٰلِكُمۡ إِصۡرِيۖ قَالُوٓاْ أَقۡرَرۡنَاۚ قَالَ فَٱشۡهَدُواْ وَأَنَا۠ مَعَكُم مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ ٨١
81. Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu"



Qs az Zukhruf ayat 4
وَإِنَّهُۥ فِيٓ أُمِّ ٱلۡكِتَٰبِ لَدَيۡنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ ٤
4. Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah

Qs Ad Dukhaan ayat 1-6
حمٓ ١  وَٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡمُبِينِ ٢  إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٖ مُّبَٰرَكَةٍۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ٣  فِيهَا يُفۡرَقُ كُلُّ أَمۡرٍ حَكِيمٍ ٤ أَمۡرٗا مِّنۡ عِندِنَآۚ إِنَّا كُنَّا مُرۡسِلِينَ ٥ رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ٦
1. Haa miim
2. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan
3. sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan
4. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah
5. (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul
6. sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

Qs Al Ankabut ayat 49
بَلۡ هُوَ ءَايَٰتُۢ بَيِّنَٰتٞ فِي صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَۚ وَمَا يَجۡحَدُ بِ‍َٔايَٰتِنَآ إِلَّا ٱلظَّٰلِمُونَ ٤٩
49. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim





Ad Darimi 267 kitab Almukadimah
أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ إِبْرَاهِيمَ قَالَ مَنْ ابْتَغَى شَيْئًا مِنْ الْعِلْمِ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ آتَاهُ اللَّهُ مِنْهُ مَا يَكْفِيهِ
Telah mengabarkan kepada kami Al Hasan bin Arafah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al Hasan bin 'Amr dari Ibrahim ia berkata: "Barang siapa yang mencari ilmu dengan tujuan mengharapkan dengannya wajah Allah, akan mencukupi kebutuhannya".
Qs Al Qiyamah ayat 16-17
 لَا تُحَرِّكۡ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعۡجَلَ بِهِۦٓ ١٦ إِنَّ عَلَيۡنَا جَمۡعَهُۥ وَقُرۡءَانَهُۥ ١٧
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya
17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya

I. UUTUUL ILMI ( ORANG YANG BERI ILMU )
Qs Al Ankabut ayat 49
بَلۡ هُوَ ءَايَٰتُۢ بَيِّنَٰتٞ فِي صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَۚ وَمَا يَجۡحَدُ بِ‍َٔايَٰتِنَآ إِلَّا ٱلظَّٰلِمُونَ ٤٩
49. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim

Tarmidji bab 3657 Kitab Al Manaqib
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ الرُّومِيِّ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ عَنْ سُوَيْدِ بْنِ غَفَلَةَ عَنْ الصُّنَابِحِيِّ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا دَارُ الْحِكْمَةِ وَعَلِيٌّ بَابُهَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مُنْكَرٌ وَرَوَى بَعْضُهُمْ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ شَرِيكٍ وَلَمْ يَذْكُرُوا فِيهِ عَنْ الصُّنَابِحِيِّ وَلَا نَعْرِفُ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ وَاحِدٍ مِنْ الثِّقَاتِ عَنْ شَرِيكٍ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
Telah menceritakan kepada kami isma'il bin Musa telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Umar bin Ar Rumi telah menceritakan kepada kami Syarik dari Salamah bin Kuhail dari Suwaid bin Ghaflah dari Ash Shunabihi dari Ali radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "aku adalah pemilik Hikmah sedangkan Ali adalah pintunya." Abu Isa berkata; "Hadits ini adalah hadits gharib munkar, sebagian mereka (ahli hadits) meriwayatkan hadits ini dari Syarik, dan mereka tidak menyebutkan dari Ash Shunabihi, kami juga tidak mengetahui hadits ini dari seorang pun yang tsiqah dari Syarik, dan dalam bab ini ada juga riwayat dari Ibnu Abbas."

Ad Darimi bab 3193 kitab Fadhoilul Qur’an
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ بَهْدَلَةَ عَنْ مُغِيثٍ عَنْ كَعْبٍ قَالَ عَلَيْكُمْ بِالْقُرْآنِ فَإِنَّهُ فَهْمُ الْعَقْلِ وَنُورُ الْحِكْمَةِ وَيَنَابِيعُ الْعِلْمِ وَأَحْدَثُ الْكُتُبِ بِالرَّحْمَنِ عَهْدًا وَقَالَ فِي التَّوْرَاةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي مُنَزِّلٌ عَلَيْكَ تَوْرَاةً حَدِيثَةً تَفْتَحُ فِيهَا أَعْيُنًا عُمْيًا وَآذَانًا صُمًّا وَقُلُوبًا غُلْفًا
Telah menceritakan kepada kami Amru bin 'Ashim telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari 'Ashim bin Bahdalah dari Mughits dari Ka'b ia berkata, "Hendaklah kalian mempelajari Al Qur'an, karena ia adalah pemahaman akal, cahaya hikmah, sumber ilmu dan kitab yang paling baru dari Allah sebagai perjanjian." Ka'b melanjutkan, "Di dalam Taurat termaktub: 'Hai Muhammad, sesungguhnya Aku menurunkan kepadamu Taurat yang baru, yang akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup'."

Qs Al Qashash ayat 80
وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَيۡلَكُمۡ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّمَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗاۚ وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّٰبِرُونَ ٨٠
80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar"





Qs Ar Rum ayat 56
وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَٱلۡإِيمَٰنَ لَقَدۡ لَبِثۡتُمۡ فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡبَعۡثِۖ فَهَٰذَا يَوۡمُ ٱلۡبَعۡثِ وَلَٰكِنَّكُمۡ كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٥٦
56. Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya)"

Qs Saba’ ayat 6
وَيَرَى ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ ٱلۡحَقَّ وَيَهۡدِيٓ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ ٦
6. Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji

II.     ILMU YANG BERMANFAAT

Hr Muslim bab 3084 kita washyiat

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -yaitu Ibnu Sa'id- dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala' dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa'at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya."


Tarmidzi ahkam bab 1297
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah mengabarkan kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Al 'Ala` bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; Sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shalih yang mendoakannya." Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.

Ad Darimi Mukadimah bab 558
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنِي إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ الْمَدَنِيُّ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ صَدَقَةٍ تَجْرِي لَهُ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Telah mengabarkan kepada kami Musa bin Isma'il ia berkata: telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Ja'far Al Madani dari Al 'Ala` bin Abdur rahman dari ayahnya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam, beliau beersabda: "Apabila manusia meninggal, terputuslah seluruh amalannya, kecuali tiga hal: ilmu yang bermanfaat, sedekah yang (pahalanya) mengalir, serta seorang anak shalih yang selalu mendoakan kebaikan untuknya".

Hr Mulsim bab 4899 kitab dzikir
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ نُمَيْرٍ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ وَعَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ لَا أَقُولُ لَكُمْ إِلَّا كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin 'Abdullah bin Numair -dan lafadh ini milik Ibnu Numair- Ishaq berkata; Telah mengabarkan kepada kami, sedangkan yang lainnya berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Ashim dari Abdullah bin Al Harits dan dari Abu Utsman An Nahdi dari Zaid bin Arqam dia berkata; "Saya tidak akan mengatakan kepada kalian kecuali seperti apa yang pernah diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam doanya yang berbunyi: "ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MINAL 'AJZI WAL KASALI, WAL JUBNI WAL BUKHLI WAL HAROMI, WA'ADZAABIL QOBRI, ALLOOHUMMA AATI NAFSII TAQWAAHAA, WAZAKKIHAA ANTA KHOIRU MAN ZAKKAAHAA, ANTA WALIYYUHAA WAMAULAAHAA, ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN 'ILMIN LAA YANFA'U WAMIN QOLBIN LAA YAKHSYA'U WAMIN NAFSIN LAA TASYBA'U WAMIN DA'WATIN LAA YUSTAJAABA LAHU' Ya Allah ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, ketakutan, kekikiran, kepikunan, dan siksa kubur. Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat mensucikannya, Engkaulah yang menguasai dan yang menjaganya. Ya Allah ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, hati yang tidak khusyu', diri yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak terkabulkan.'"

Tarmidzi bab 3404
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَيَّاشٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ عَنْ زُهَيْرِ بْنِ الْأَقْمَرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعِ وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍ
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam dari Abu Bakr bin 'Ayyasy dari Al A'masy dari 'Amr bin Murrah dari Abdullah bin Al Harits dari Zuhair bin Al Aqmar dari Abdullah bin 'Amr ia berkata; Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam mengucapkan: "ALLAAHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN QALBIN LAA YAKHSYA', WA MIN DU'AAIN LAA YUSMA' WA MIN NAFSIN LAA TASYBA' WA MIN 'ILMIN LAA YANFA' WA, A'UUDZU BIKA MIN HAA"ULAA"IL ARBA' (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari hati yang tidak khusyu', dari doa yang tidak didengar, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan aku berlindung kepadaMu dari empat perkara tersebut). Dalam bab tersebut terdapat riwayat dari Jabir, dan Abu Hurairah serta Ibnu Mas'ud. Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib dari jalur ini. Dari hadits Abdullah bin 'Amr.

III. LARANGAN MENYEMBUNYIKAN ILMU DAN HIKMAH BAGI ORANG YANG BERHAK
Tarmidzi ahkam bab 2573 kitab ilmu
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بُدَيْلِ بْنِ قُرَيْشٍ الْيَامِيُّ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ زَاذَانَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Budail bin Quraisy al Yamiyyu al Kufi telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Umarah bin Zadzan dari Ali bin al Hakam dari 'Atha' dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui kemudian dia menyembunyikannya, maka dia akan dicambuk pada hari kiamat dengan cambuk dari neraka." Dan pada bab tersebut juga diriwayatkan dari Jabir dan Abdullah bin 'Amru, Abu Isa berkata; 'Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan.'

Bukhari tafsir Al Qur’an bab 4435
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلْ اللَّهُ أَعْلَمُ فَإِنَّ مِنْ الْعِلْمِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لَا يَعْلَمُ اللَّهُ أَعْلَمُ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنْ الْمُتَكَلِّفِينَ } وَسَأُحَدِّثُكُمْ عَنْ الدُّخَانِ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَا قُرَيْشًا إِلَى الْإِسْلَامِ فَأَبْطَئُوا عَلَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ فَأَخَذَتْهُمْ سَنَةٌ فَحَصَّتْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى أَكَلُوا الْمَيْتَةَ وَالْجُلُودَ حَتَّى جَعَلَ الرَّجُلُ يَرَى بَيْنَهُ وَبَيْنَ السَّمَاءِ دُخَانًا مِنْ الْجُوعِ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ } قَالَ فَدَعَوْا { رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ أَنَّى لَهُمْ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ إِنَّا كَاشِفُو الْعَذَابِ قَلِيلًا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ } أَفَيُكْشَفُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ فَكُشِفَ ثُمَّ عَادُوا فِي كُفْرِهِمْ فَأَخَذَهُمْ اللَّهُ يَوْمَ بَدْرٍ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى { يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ }
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al A'masy dari Abu Dluha dari Masruq dia berkata; Ketika aku menemui Abdullah bin Mas'ud, ia berkata; Barang siapa yang mengetahui sesuatu hendaklah ia mengatakan apa yang diketahuinya. Dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah ia mengatakan Allah yang Maha Tahu. Karena termasuk dari ilmu ketika ia tidak mengetahuinya, ia mengatakan; 'Allah Maha tahu.' Allah Azza wa Jalla berfirman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (Shaad: 86). Dan Aku akan menyampaikan kepada kalian tentang Kabut, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyeru orang-orang Quraisy untuk memeluk Islam, namun menangguhkan untuk menerimanya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a: Ya Allah, tolonglah aku menghadapi mereka dengan mengirimkan kepada mereka tujuh tahun kelaparan sebagaimana tujuh tahun Yusuf. Maka mereka diserang tahun kelaparan hingga mereka makan bangkai dan kulit. Seseorang dari mereka melihat ada kabut antara dia dengan langit kerena rasa laparnya. Allah Azza Wa Jalla berfirman: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Ad Dukhan: 10-11). Abdullah berkata; maka mereka pun berdo'a: "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman." Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ad Dukhan: 12-15). Apakah Adzab mereka akan dihentikan pada hari kiamat. Ibnu Mas'ud berkata; Maka adzab dihentikan, tetapi mereka kembali kepada kekufuran. Hingga Allah pun menghancurkan mereka pada perang Badar sebagaimana firman-Nya: "(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan." (Ad Dukhan: 16).




Ibnu Majah bab 236 kitab Al Mukaddimah
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِيسَى الْمِصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَيُّوبَ عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا فَلَهُ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهِ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الْعَامِل
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Isa Al Mishri berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb dari Yahya bin Ayyub dari Sahl bin Mu'adz bin Anas dari Bapaknya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka ia akan mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun."

Ibnu Majah bab 243 kitab Al Mukaddimah
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَارِثِ بْنِ رَاشِدٍ الْمِصْرِيُّ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ عَبْدَةَ عَنْ أَبِي هَارُونَ الْعَبْدِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَيَأْتِيكُمْ أَقْوَامٌ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَقُولُوا لَهُمْ مَرْحَبًا مَرْحَبًا بِوَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاقْنُوهُمْ قُلْتُ لِلْحَكَمِ مَا اقْنُوهُمْ قَالَ عَلِّمُوهُمْ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Harits bin Rasyid Al Mishri berkata, telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin 'Abdah dari Abu Harun Al 'Abdi dari Abu Sa'id Al Khudlri dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Akan datang kepada kalian orang-orang yang menuntut ilmu. Jika kalian melihat mereka maka ucapkanlah; 'selamat datang, selamat datang dengan wasiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam' dan cukupilah mereka." Aku bertanya kepada Al Hakam; "Apa yang dimaksud dengan cukupilah?" ia menjawab; "Ajarilah."

Ad Darimi Mukadimah bab 261 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ مَزْيَدٍ عَنْ أَوْفَى بْنِ دَلْهَمٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ تُعْرَفُوا بِهِ وَاعْمَلُوا بِهِ تَكُونُوا مِنْ أَهْلِهِ فَإِنَّهُ سَيَأْتِي بَعْدَ هَذَا زَمَانٌ لَا يَعْرِفُ فِيهِ تِسْعَةُ عُشَرَائِهِمْ الْمَعْرُوفَ وَلَا يَنْجُو مِنْهُ إِلَّا كُلُّ نُوَمَةٍ فَأُولَئِكَ أَئِمَّةُ الْهُدَى وَمَصَابِيحُ الْعِلْمِ لَيْسُوا بِالْمَسَايِيحِ وَلَا الْمَذَايِيعِ الْبُذْرِ قَالَ أَبُو مُحَمَّد نُوَمَةٌ غَافِلٌ عَنْ الشَّرِّ الْمَذَايِيعُ الْبُذْرِ كَثِيرُ الْكَلَامِ
Telah mengabarkan kepada kami Utsman bin Umar menceritakan kepada kami Umar bin Yazid dari Aufa bin Dahlan, bahwasanya telah disampaikan kabar dari Ali radliallahu 'anhu ia berkata; " Pelajarilah ilmu, kamu akan mengenalnya, dan amalkanlah ilmu kalian, kalian menjadi ahlinya. Akan datang satu jaman yang ketika itu sembilan persepuluh kebaikan sudah tidak dikenali lagi. Tidak ada yang selamat kecuali sekelompok kecil. Mereka adalah para pemimpin yang tercerahkan dan menjadi cahaya ilmu, mereka bukanlah orang yang selalu berbuat buruk dan mengadu domba, dan mereka juga bukan orang yang hanya pandai bicara ".

IV.KEUTAMAAN MAJLIS ILMU
Ibnu Majah bab 225 kitab Al Mukaddimah
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ هِلَالٍ الصَّوَّافُ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ الزِّبْرِقَانِ عَنْ بَكْرِ بْنِ خُنَيْسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ مِنْ بَعْضِ حُجَرِهِ فَدَخَلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا هُوَ بِحَلْقَتَيْنِ إِحْدَاهُمَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ وَالْأُخْرَى يَتَعَلَّمُونَ وَيُعَلِّمُونَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal Ash Shawwafi berkata, telah menceritakan kepada kami Dawud bin Az Zibirqan dari Bakr bin Khunais dari Abdurrahman bin Ziyad dari Abdullah bin Yazid dari Abdullah bin 'Amru ia berkata; Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari salah satu kamarnya dan masuk ke dalam masjid. Lalu beliau menjumpai dua halaqah, salah satunya sedang membaca Al Qur`an dan berdo'a kepada Allah, sedang yang lainnya melakukan proses belajar mengajar. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Masing-masing berada di atas kebaikan, mereka membaca Al Qur`an dan berdo`a kepada Allah, jika Allah menghendaki maka akan memberinya dan jika tidak menghendakinya maka tidak akan memberinya. Dan mereka sedang belajar, sementara diriku di utus sebagai pengajar, " lalu beliau duduk bersama mereka.






Ad Darimi bab 352 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ زِيَادِ بْنِ أَنْعُمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ رَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِمَجْلِسَيْنِ فِي مَسْجِدِهِ فَقَالَ كِلَاهُمَا عَلَى خَيْرٍ وَأَحَدُهُمَا أَفْضَلُ مِنْ صَاحِبِهِ أَمَّا هَؤُلَاءِ فَيَدْعُونَ اللَّهَ وَيَرْغَبُونَ إِلَيْهِ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَأَمَّا هَؤُلَاءِ فَيَتَعَلَّمُونَ الْفِقْهَ أَوْ الْعِلْمَ وَيُعَلِّمُونَ الْجَاهِلَ فَهُمْ أَفْضَلُ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا قَالَ ثُمَّ جَلَسَ فِيهِمْ
Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Yazid telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman bin Ziyad bin `An'um dari Abdur rahman bin rafi' dari Abdullah bin 'Amr: Bahwa Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam melewati dua majlis di dalam masjidnya, lalu beliau bersabda: "Keduanya (majlis) berada dalam kebaikan, dan salah satu dari lainnya lebih utama, Adapun (satu kelompok) mereka berdo`a kepada Allah dan mengharapkan (keridlaan) Nya, jika Ia kehendaki, maka akan Ia kabulkan, dan jika Ia kehendaki pula Ia akan tahan (tidak Ia kabulkan). Adapun mereka (satu kelompok lainnya) mereka memperdalam fikih dan ilmu (lain), lalu mereka mengajarkan kepada orang yang belum mengetahui, mereka inilah yang lebih utama, dan aku diutus untuk menjadi seorang pengajar", perawi berkata: 'Kemudian beliau duduk bersama mereka (yang sedang belajar) ' "

Ad Darimi bab 391 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا الْحَكَمُ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا بَقِيَّةُ عَنْ السَّكَنِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ سَمِعْتُ وَهْبَ بْنَ مُنَبِّهٍ يَقُولُ يَا بُنَيَّ عَلَيْكَ بِالْحِكْمَةِ فَإِنَّ الْخَيْرَ فِي الْحِكْمَةِ كُلَّهُ وَتُشَرِّفُ الصَّغِيرَ عَلَى الْكَبِيرِ وَالْعَبْدَ عَلَى الْحُرِّ وَتُزِيدُ السَّيِّدَ سُؤْدُدًا وَتُجْلِسُ الْفَقِيرَ مَجَالِسَ الْمُلُوكِ
Telah mengabarkan kepada kami Al Hakam bin Al Mubarak telah mengabarkan kepada kami Baqiyyah dari As Sakan bin Umar ia berkata: "Aku pernah mendengar Wahab bin Munabbih berkata: 'Wahai anakku, hendaklah kamu bersikap bijak, karena kebaikan itu ada dalam setiap sikap bijak, sehingga yang muda memuliakan yang dewasa, dan budak memuliakan yang merdeka, hal itu akan menambah majikan menjadi semakin mulia dan membuat orang faqir duduk dalam majlis-majlis kerajaan' ".




Ad Darimi bab 357 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا بِشْرُ بْنُ ثَابِتٍ الْبَزَّارُ حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ الْقَاسِمِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَعِيلَ عَنْ عَمْرِو بْنِ كَثِيرٍ عَنْ الْحَسَنِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ جَاءَهُ الْمَوْتُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمَ لِيُحْيِيَ بِهِ الْإِسْلَامَ فَبَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّينَ دَرَجَةٌ وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ
Telah mengabarkan kepada kami Bisyr bin Tsabit Al Bazzar telah menceritakan kepada kami Nashr bin Al Qasim dari Muhammad bin Ismail dari Amr bin Katsir dari Al Hasan ia berkata: "Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam: 'Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan mencari ilmu untuk menghidupkan (meninggikan) agama Islam, derajatnya di surga nanti hanya selisih satu derajat dengan para nabi 'alaihimussalam ' ".

V.SIKAP DAN TANDA PEMILIK ILMU & HIKMAH
Ibnu Majah bab 4091 kitab Az Zuhud
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي فَرْوَةَ عَنْ أَبِي خَلَّادٍ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَيْتُمْ الرَّجُلَ قَدْ أُعْطِيَ زُهْدًا فِي الدُّنْيَا وَقِلَّةَ مَنْطِقٍ فَاقْتَرِبُوا مِنْهُ فَإِنَّهُ يُلْقِي الْحِكْمَةَ
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Hisyam telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Abu Farwah dari Abu Khallad salah seorang sahabat Nabi, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika kalian melihat ada seseorang yang diberi sikap zuhud terhadap dunia dan sedikit berbicara, maka dekatilah sebab ia telah di beri hikmah."


Imam bukhori Bab 71 bab ilmu dan hikmah
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ عَلَى غَيْرِ مَا حَدَّثَنَاهُ الزُّهْرِيُّ قَالَ سَمِعْتُ قَيْسَ بْنَ أَبِي حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan berkata, telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Abu Khalid -dengan lafazh hadits yang lain dari yang dia ceritakan kepada kami dari Az Zuhri- berkata; aku mendengar Qais bin Abu Hazim berkata; aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak boleh mendengki kecuali terhadap dua hal; (terhadap) seorang yang Allah berikan harta lalu dia pergunakan harta tersebut di jalan kebenaran dan seseorang yang Allah berikan hikmah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain". 

Ad Darimi bab 261 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ مَزْيَدٍ عَنْ أَوْفَى بْنِ دَلْهَمٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ تُعْرَفُوا بِهِ وَاعْمَلُوا بِهِ تَكُونُوا مِنْ أَهْلِهِ فَإِنَّهُ سَيَأْتِي بَعْدَ هَذَا زَمَانٌ لَا يَعْرِفُ فِيهِ تِسْعَةُ عُشَرَائِهِمْ الْمَعْرُوفَ وَلَا يَنْجُو مِنْهُ إِلَّا كُلُّ نُوَمَةٍ فَأُولَئِكَ أَئِمَّةُ الْهُدَى وَمَصَابِيحُ الْعِلْمِ لَيْسُوا بِالْمَسَايِيحِ وَلَا الْمَذَايِيعِ الْبُذْرِ قَالَ أَبُو مُحَمَّد نُوَمَةٌ غَافِلٌ عَنْ الشَّرِّ الْمَذَايِيعُ الْبُذْرِ كَثِيرُ الْكَلَامِ
Telah mengabarkan kepada kami Utsman bin Umar menceritakan kepada kami Umar bin Yazid dari Aufa bin Dahlan, bahwasanya telah disampaikan kabar dari Ali radliallahu 'anhu ia berkata; " Pelajarilah ilmu, kamu akan mengenalnya, dan amalkanlah ilmu kalian, kalian menjadi ahlinya. Akan datang satu jaman yang ketika itu sembilan persepuluh kebaikan sudah tidak dikenali lagi. Tidak ada yang selamat kecuali sekelompok kecil. Mereka adalah para pemimpin yang tercerahkan dan menjadi cahaya ilmu, mereka bukanlah orang yang selalu berbuat buruk dan mengadu domba, dan mereka juga bukan orang yang hanya pandai bicara ".

Ad Darimi bab 3193 kitab fudhoilul Qur’an
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ بَهْدَلَةَ عَنْ مُغِيثٍ عَنْ كَعْبٍ قَالَ عَلَيْكُمْ بِالْقُرْآنِ فَإِنَّهُ فَهْمُ الْعَقْلِ وَنُورُ الْحِكْمَةِ وَيَنَابِيعُ الْعِلْمِ وَأَحْدَثُ الْكُتُبِ بِالرَّحْمَنِ عَهْدًا وَقَالَ فِي التَّوْرَاةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي مُنَزِّلٌ عَلَيْكَ تَوْرَاةً حَدِيثَةً تَفْتَحُ فِيهَا أَعْيُنًا عُمْيًا وَآذَانًا صُمًّا وَقُلُوبًا غُلْفًا
Telah menceritakan kepada kami Amru bin 'Ashim telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari 'Ashim bin Bahdalah dari Mughits dari Ka'b ia berkata, "Hendaklah kalian mempelajari Al Qur'an, karena ia adalah pemahaman akal, cahaya hikmah, sumber ilmu dan kitab yang paling baru dari Allah sebagai perjanjian." Ka'b melanjutkan, "Di dalam Taurat termaktub: 'Hai Muhammad, sesungguhnya Aku menurunkan kepadamu Taurat yang baru, yang akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup'."

Ad Darimi bab 337 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُخْتَارٍ حَدَّثَنَا عَنْبَسَةُ بْنُ الْأَزْهَرِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ { إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ } قَالَ مَنْ خَشِيَ اللَّهَ فَهُوَ عَالِمٌ
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Humaid telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mukhtar telah menceritakan kepada kami 'Anbasah bin Al Azhar dari Simak bin Harb dari 'Ikrimah dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhu -ia mengomentari ayat--: "INNAMAA YAKHSYALLAHA MIN 'IBAADIHIL 'ULAMA`"(Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambaNya, hanyalah ulama). Dia berkata: 'Siapa yang takut kepada Allah adalah orang alim' ".


Ad Darimi bab 366 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ قَالَ كَانَ يُقَالُ الْعُلَمَاءُ ثَلَاثَةٌ عَالِمٌ بِاللَّهِ يَخْشَى اللَّهَ لَيْسَ بِعَالِمٍ بِأَمْرِ اللَّهِ وَعَالِمٌ بِاللَّهِ عَالِمٌ بِأَمْرِ اللَّهِ يَخْشَى اللَّهَ فَذَاكَ الْعَالِمُ الْكَامِلُ وَعَالِمٌ بِأَمْرِ اللَّهِ لَيْسَ بِعَالِمٍ بِاللَّهِ لَا يَخْشَى اللَّهَ فَذَلِكَ الْعَالِمُ الْفَاجِرُ
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yusuf dari Sufyan ia berkata: " Dikatakan bahwa ulama itu ada tiga, Pertama yaitu seorang alim yang mengetahui Allah, takut kepada Allah, tetapi tidak mengetahui perintah Allah, Kedua seorang alim yang mengetahui Allah, perintah-Nya subhanallahu wa ta'ala, dan takut kepada Allah, itulah alim yang sempurna, dan ketiga seorang alim yang mengetahui perintah Allah, tetapi tidak mengetahui Allah dan tidak takut kepada Allah, itulah alim yang fajir (lacur) ".







Ad Darimi bab 267 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ إِبْرَاهِيمَ قَالَ مَنْ ابْتَغَى شَيْئًا مِنْ الْعِلْمِ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ آتَاهُ اللَّهُ مِنْهُ مَا يَكْفِيهِ
Telah mengabarkan kepada kami Al Hasan bin Arafah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al Hasan bin 'Amr dari Ibrahim ia berkata: "Barang siapa yang mencari ilmu dengan tujuan mengharapkan dengannya wajah Allah, akan mencukupi kebutuhannya".


Ad Darimi bab 293 kitab Al Mukaddimah
أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي أُسَامَةَ عَنْ مِسْعَرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الْأَعْلَى التَّيْمِيَّ يَقُولُ مَنْ أُوتِيَ مِنْ الْعِلْمِ مَا لَا يُبْكِيهِ لَخَلِيقٌ أَنْ لَا يَكُونَ أُوتِيَ عِلْمًا يَنْفَعُهُ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى نَعَتَ الْعُلَمَاءَ ثُمَّ قَرَأَ الْقُرْآنَ { إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ إِلَى قَوْلِهِ يَبْكُونَ }
Telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin Sulaiman dari Abu Usamah dari Mis'ar ia berkata: "Aku pernah mendengar Abdul A'la At Taimi berkata: 'Barangsiapa yang dianugerahi ilmu dan ilmunya tidak membuatnya menangis kepada Allah, berarti ia mendapatkan ilmu yang tidak bermanfaat, karena Allah mensifati para ulama, kemudian ia membaca Al Qur`an: INNALLADZIINA UUTUL 'ILMA" (sesungguhnya orang-orang yang dianugerahi ilmu) sampai firmanNya: "YABKUUN" (mereka selalu menangis) -Qs. Al Isra`: 107-108-' ".